Mukadimah


Sekalipun NU merupakan komunitas tersendiri dengan budaya, namun cara berfikir, akhlak dan juga tata hubungan intern yang khas, tidak boleh dilupakan bahwa NU dan warganya adalah bagian dari bangsa ini.

Maka dalam mempertahankan kepribadian ahklaq al-karimah, NU harus menempatkan diri sebagai bagian dari komunitas bangsa.

Nahdlatul Ulama harus membuka diri, adalah tuntutan logis dari dinamika zaman dengan berbagai implikasinya. Sangat naif jika pengurus dan aktivis NU hanya mendengarkan kemauannya sendiri, tanpa mencoba membiasakan diri secara sadar untuk memahami pandangan orang dari sekitarnya.

Kemauan mendengar dan memahami orang lain memberikan banyak keuntungan sekaligus. Yaitu :

Pertama, akan mengeliminasi sikap terlena atas perasaan besar.

Kedua, menyadari bahwa NU hanya bagian dari komponen bangsa, bagian dari konfigurasi team kebangsaan yang sedang berjuang mencapai cita-cita bersama, ibarat orang main bola, ia harus sadar bahwa ia adalah sebuah kesebelasan yang tidak berdiri sendirian, dia harus ingat kalau main bola itu 22 orang.

Ketiga, mendengar orang lain berarti mendengar "suara yang berbeda" sebagai kaca banding dan pengayaan inspirasi dalam berkreasi.

Keempat, tentu kebiasaan mendengar suara orang "di luar pagar" dengan sebuah kesadaran dan kesengajaan, akan memupuk jiwa toleransi. Dan diyakini, masih banyak manfaat yang dapat dipetik dari pergumulan antar orang dari berbagai latar belakang.

Momentum ini menjadi saat yang tepat untuk menggali pendapat orang tentang NU. Berbagai kritik dan masukan seputar MWC NU Kecamatan Rungkut hendaknya memperoleh apresiasi positif dari kalangan pengurusnya. Karena itu, tidak perlu muncul ketersinggungan.

sebab kritik pada dasarnya tidak akan mengurangi muru'ah/ kehormatan sasaran kritik.

Komentar